Pada Zaman dahulu dikisahkan mengenai kisah cinta seekor
burung Raja wali dengan seorang wanita cantik yang berasal dari sebuah pulau
dimuara kali bian. Kisah ini, bermula dari seekor Rajawali yang jatuh hati pada
padang pertama saat sedang terbang diangkasa. Ia melihat seorang wanita yang
cantik sedang menimbah air di sumur.
Rasa penasaran sang Rajawali, membuat ia akhirnya turun
untuk menemui wanita pujaan hatinya yang setiap pagi memiliki aktivitas
menimbah air di sumur. Suatu ketika disaat wanita itu mau menimbah air di sumur
sang rajawali dengan gagahnya menemuinya. Dengan perasaan cinta yang sudah lama
dipendam membuat sang rajawali mengungkapkan isi hatinya kepada wanita itu. Tak
diduga wanita itupun sudah lama jatuh hati kepada sang Rajawali yang akhirnya
mereka berdua berjanji untuk saling mencintai satu dengan yang lainnya.
Dengan penuh rasa cinta itu, membuat aktivitas mereka
selalu bertemu satu dengan yang lainnya. Bahkan kalau ada waktu senggang mereka
selalu memadu kasih di pesisir pantai. Aktivitas sang wanita tanpa disadar
telah diamati oleh warga kampung yang melihat ketidak wajaran dari sang wanita.
Akhirnya warga kampung menatur siasat untuk memantau aktivitasnya. tanpa diduga
mereka melihat bahwa selama ini, wanita cantik ini telah memadu kasih dengan
seekor Rajawali yang datang dari daratan.
Hal ini, membuat warga marah dan terjadilah peperangan
antara warga dengan burung rajawali itu. Akibat perang itu, membuat hidung dari
Rajawali patah dan berdarah, yang akhirnya ia memilih mundur untuk memulihkan
lukanya. Selesai dari luka yang dialaminya ia kembali untuk berperang melawan
warga kampung di muara kali bian itu. Dengan kekuatan penuh sang rajawali
mengepak sayapnya yang akhirnya menghasilkan sebuah gelombang yang sebesar dan
menyapu pulau itu.
Dari kejadian itu, membuat warganya terbagi menjadi dua para
wanita mengungsi ke bagian barat dan para lelaki berubah menjadi biawak yang
bergerak kearah timur. Sesampainya didarat para lelaki yang mejadi biawak
berubah kembali menjadi manusia dan beranak pinak dengan masyarakat setempat
dan melahirkan sub suku Malind.
Peristiwa ini merupakan gambaran dari perjalanan panjang
sub suku Malind dari Mbian, Ndomande hingga Kaibul yang berunjung di Distrik
Malind.
Penulis
Isaias
Yanggel Ndiken, S.Sn
Budayawan
Malind